Buku Saku Tanya Jawab Moderasi Beragama

Buku Saku Tanya Jawab Moderasi Beragama

Tutorilmu.id. Kementerian Agama Republik Indonesia telah menerbitkan Buku Saku Tanya Jawab Moderasi Beragama sebagai suplemen tak terpisahkan dari buku Moderasi Beragama yang diterbitkan oleh Balitbang dan Diklat Kementerian Agama RI (2019).

Buku ini dimaksudkan sebagai bacaan ringkas untuk memahami moderasi beragama. Agar mudah dipahami, buku saku ini dikemas dalam bentuk tanya jawab yang sederhana.

Moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-lebihan saat mengimplementasikannya.

Baca : Modul Penguatan Nilai-Nilai Moderasi Beragama pada Madrasah MTs/MA

Apa itu Moderasi?

Moderasi adalah jalan tengah. Dalam sejumlah forum diskusi kerap terdapat moderator orang yang menengahi proses diskusi, tidak berpihak kepada siapa pun atau pendapat mana pun, bersikap adil kepada semua pihak yang terlibat dalam diskusi.

Moderasi juga berarti ‘’sesuatu yang terbaik’’. Sesuatu yang ada di tengah biasanya berada di antara dua hal yang buruk. Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik karena ia berada di antara sifat ceroboh dan sifat takut. Sifat dermawan juga baik karena dia berada di antara sifat boros dan sifat kikir.

Apa itu Moderasi Beragama?

Moderasi beragama berarti cara beragama jalan tengah sesuai pengertian moderasi tadi. Dengan moderasi beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Orang yang mempraktekkannya disebut moderat.

Contoh Beragama yang Berlebihan

Contoh paling gamblang adalah ketika seorang pemeluk agama mengafirkan saudaranya sesama pemeluk agama yang sama hanya gara-gara mereka berbeda dalam paham keagamaan, padahal hanya Tuhan yang Maha Tahu apakah seseorang sudah masuk kategori kafir atau tidak.

Seseorang yang bersembah yang terus-menerus dari pagi hingga malam tanpa mempedulikan problem sosial di sekitarnya bisa disebut berlebihan dalam beragama.

Seseorang juga bisa disebut berlebihan dalam beragama ketika dia sengaja merendahkan agama orang lain, atau gemar menghina figur atau simbol suci agama tertentu.

Di dalam kasus seperti ini dia sudah terjebak dalam ekstremitas yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip moderasi beragama.

Baca : Modul Penguatan Nilai – Nilai Moderasi Beragama pada Madrasah RA – MI

Posisi Orang Moderat

Orang moderat harus berada di tengah, berdiri di antara kedua kutub ekstrem itu. Dia tidak berlebihan dalam beragama, tapi juga tidak berlebihan menyepelekan agama.

Dia tidak ekstrem mengagungkan teks-teks keagamaan tanpa menghiraukan akal/nalar, juga tidak berlebihan mendewakan akal sehingga mengabaikan teks.

Pendek kata, moderasi beragama bertujuan untuk menengahi serta mengajak kedua kutub ekstrem dalam beragama untuk bergerak ke tengah, kembali pada esensi ajaran agama, yaitu memanusiakan manusia.

Apa itu Prinsip Beragama yang Moderat?

Prinsipnya ada dua: adil dan berimbang. Bersikap adil berarti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya seraya melaksanakannya secara baik dan secepat mungkin.

Sedangkan sikap berimbang berarti selalu berada di tengah di antara dua kutub. Dalam hal ibadah, misalnya, seorang moderat yakin bahwa beragama adalah melakukan pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk menjalankan ajaran-Nya yang berorientasi pada upaya untuk memuliakan manusia.

Orang yang ekstrem sering terjebak dalam praktek beragama atas nama Tuhan hanya untuk membela keagungan-Nya saja seraya mengenyampingkan aspek kemanusiaan.

Orang beragama dengan cara ini rela membunuh sesama manusia “atas nama Tuhan” padahal menjaga kemanusiaan itu sendiri adalah bagian dari inti ajaran agama.

Apa Batasannya Suatu Pemahaman dan Pengamalan Keagamaan Sudah Bisa Dinilai Berlebihan?

Pemahaman dan pengamalan keagamaan bisa dinilai berlebihan jika dia melanggar tiga hal: Pertama, nilai kemanusiaan; Kedua, kesepakatan bersama; dan Ketiga, ketertiban umum.

Prinsip ini juga untuk menegaskan bahwa moderasi beragama berarti menyeimbangkan kebaikan yang berhubungan dengan Tuhan dengan kemaslahatan yang bersifat sosial kemasyarakatan.

Apa Contoh Melanggar Batas Kemanusiaan?

Jika seseorang atas nama ajaran agama, misalnya, melakukan perbuatan yang merendahkan harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan, atau bahkan menghilangkan eksistensi kemanusiaan itu sendiri, itu sudah bisa disebut melanggar nilai kemanusiaan.

Tindakannya jelas berlebihan atau ekstrem. Contoh konkretnya, dengan dalih jihad agama, seseorang meledakkan bom di tengah pasar lalu puluhan bahkan ratusan orang tak bersalah tewas seketika. Ini jelas tindakan ekstrem.

Baca : Panduan Implementasi Moderasi Beragama di Madrasah

Apa Contoh Melanggat Batasan Kesepakatan Bersama?

Contohnya jika seseorang, atas nama ajaran agama, melanggar butir-butir Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang telah menjadi kesepakatan bersama bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara, itu sudah bisa dinilai ekstrem dan melanggar.

Di dalam hal kehidupan bermasyarakat, niscaya juga banyak peraturan yang telah disepakati bersama oleh seluruh warga di lingkungan tempat tinggal. Jika seorang warga, atas nama agama yang dianutnya, melanggar kesepakatan bersama yang telah ia setujui tersebut, maka ia pun dapat dianggap berlebih-lebihan.

Baca : Buku Panduan Implementasi Moderasi Beragama di Madrasah

Buku Saku Tanya Jawab Moderasi Beragama selengkapnya terdapat pada tautan berikut ini.

 

Download

Demikian Buku Saku Tanya Jawab Moderasi Beragama. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan